Selasa, 14 Oktober 2014

berat jenis dan rapat jenis

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3)
Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan volume (mL), jadi satu bobot jenis adalah g / mL. Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi rapat jenis tidak memiliki satuan.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk cairan / larutan.
Disamping itu, dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka kami akan mencoba melakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis dengan menggunakan alat yang disebut dengan piknometer.


I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis suatu bahan zat cair dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui cara penetapan Bobot Jenis dan Rapat Jenis alkohol 96 %, aquadest, aseton, bensin, minyak kelapa dan pertamax dengan menggunakan metode piknometer.















I.3 Prinsip Percobaan
A.  Penentuan Bobot Jenis dengan Piknometer
Penentuan Berat Jenis suatu zat cair (alcohol 96%, aquadest, aseton, bensin, minyak kelapa dan pertamax) dengan menggunakan piknometer dimana ditimbang lebih dulu berat piknometer kosong dengan piknometer berisi zat cair yang diuji. Selisih dari penimbangan adalah massa zat cair tersebut pada pengukuran suhu (20o C dan 25o C) dengan volume kostan tertera pada piknometer, maka bobot jenis zat cair tersebut adalah massanya sendiri dibagi dengan volume piknometer dengan satuan g / mL.
B. Penentuan Rapat Jenis dengan Piknometer
Penentuan Rapat Jenis suatu zat cair (alkohol 96%, aquadest, aseton, bensin, minyak kelapa dan pertamax) dengan piknometer, dimana rapat jenis zat cair tersebut adalah bobot jenisnya sendiri yang diperoleh dari penjumlahan sebelumnya dengan piknometer, dibagi dengan Bobot Jenis air suling pada suhu 20o C dan 25o C tanpa menggunakan satuan.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat yang dibandingkan dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 250 C). Sedangkan rapat jenis (specific grafity) adalah perbandingan antara bobot  jenis suatu zat dibanding dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya  dinyatakan sebagai 250 / 250 , 250 / 40, 40 / 40). Untuk bidang farmasi, biasanya 250 / 250 (Anonim, 2012).
Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Anonim, 1995).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan dimurnikan. Pada 40 C, kepadatan air adalah 1 g dalam satu centimeter kubik. Karena USP menetapkan 1 mL dapat dianggap sebagai equivalen dengan 1 cc. Dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 mL (Ansel, 1989).
Bobot jenis merupakan suatu karakteristik bahan yang penting digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat pembantu. Khususnya sifat bahan / zat yang berjenis malam. Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Bilangan bobot jenis merupakan perbandingan dimensi yang mengacu pada bobot jenis air pada suhu 40 C (  = 1,000 g / mL).
Sebaliknya dengan bobot jenis relatif dengan farmakope yakni bobot yang mengacu pada ukuran besar setara bagian volume yang sama dari zat yang diteliti terhadap air. Dimana keduanya diukur pada suhu 200 C. Bobot jenis pada suhu 200 C merupakan salah satu karakteristik bahan penting yang digunakan dalam pengujian identitas dan kemurnian bahan obat dan bahan pembantu khususnya sifat cairan dan zat-zat yang berjenis malam. Penentuan bobot jenis dapat dilakukan dengan metode piknometer, arometer, timbangan hidrostatik (timbangan mohr westphall) dan metode manometik (Alfred, Martin, 1990).
Bobot janis sejati (benar) adalah perbandingan antara massa dan volume zat padat tanpa pori dan tanpa ruang rongga. Sedangkan bobot jenis nyata adalah volume yang membesar akibat adanya pori-pori yang menyebabkan besarnya volume. Penentuan bobot jenis sejati bahan berbentuk butir dan serbuk menuntut bahan tersebut berada dalam bentuk sehalus mungkin, dilakukan dengan menggunakan metode piknometer cairan atau metode manometer (Voigt, 1994).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu sebagai berikut (Lachman, 1994).
1.    Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2.    Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori / lubang terbuka tetapi termasuk pori yang tertutup.
3.    Bobot jenis efektif
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup.
    Cara pengukuran bobot jenis zat ada beberapa cara, antara lain :
1.    Metode Piknometer
Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruangan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam mL dan suhu tetentu (20 0C). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 mL. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, Herma n J., 1994)


2.    Neraca Mohr Westphal
Dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas tuas dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C yang terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui suhu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujung jarum D tepat pada jarum T (Anonim, 1993).
3.    Densimeter
Merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera (Anonim, 1993).










II.2 Uraian Bahan
1.    ALKOHOL (F1 EDISI III Hal. 65 )
              Nama resmi                   :    AETHANOLUM
              Sinonim                         :    Etanol, Alkohol
              Bobot Jenis                   :    0,8119 sampai 0,8139
          Pemerian                       :    Cairan  tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan,  mudah bergerak, bau khas rasa panas, mudah berbakar, dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
          Penyimpanan                :    Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala api
              Penggunaan                  :    Pembilas dan sampel
2.    AQUADEST  (F1 EDISI III Hal. 96)
Nama resmi                   :    AQUA DESTILLATA
Sinonim                         :    Air Suling
BM                                :    18,02
Berat Jenis                    :    1 g / mL
Pemerian                       :    Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak        mempunyai rasa
Penyimpanan                :    Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan                  :    Sampel


3.    ASETON (F1 Edisi III Hal. 655)
              Nama resmi                   :    ACETONUM
              Sinonim                         :    Aseton
              Berat Molekul               :    58,08
              Berat Jenis                    :    0,79 g / mL
          Pemerian                       :    Cairan transparan, tidak berwarna, bau khas, mudah menguap
          Kelarutan                      :    Dapat bercamput dengan Air, Etanol, dengan eter P, dan dengan kloroform P
              Penyimpanan                :    Dalam wadah tertutup rapat
              Penggunaan                  :    Sampel
4.    BENSIN (F1 Edisi III Hal. 658)
Nama resmi                   :    BENSINUM
Sinonim                         :    Bensin
Berat Jenis                    :    0,876 - 0,881 g / mL
Pemerian                       :    Kuning pucat, mudah menguap
Kelarutan                      :    Tidak larut dalam air dan etanol
Penyimpanan                :    Dalam wadah tertutup rapat
Penggunaan                  :    Sampel
5.    MINYAK KELAPA (F1 edisi III hal 456)
Nama resmi                   :    OLEUM COCOS
Sinonim                         :    Minyak Kelapa
Berat Jenis                    :    0,940 - 0,950 g / mL
Pemerian                       :    Cairan jernih, tidak berwarna, atau kuning Pucat, bau khas tidak  tengik
Kelarutan                      :    Larut dalam 2 bagian etanol (95%) p, pada suhu 600C, sangat mudah larut dalam kloroform P dan eter P
Penyimpanan                :    Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk
Penggunaan                  :    Sampel
6.    PERTAMAX (F1 Edisi IV Hal. 680  )
Nama resmi                   :   
          Sinonim                         :   
Berat Jenis                    :   
Kelarutan                      :   
Penyimpanan                :    Dalam wadah tertutup baik
Penggunaan                  :    Sampel








BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Alat dan Bahan
A.   Alat yang digunakan :
NO
Nama alat
(Ukuran/Berat/Volume)
(ml/mg/g/ml/N/%)
Jumlah
1
Baskom
-
1
2
Botol semprot
-
1
3
Desikator
-
1
4
Gelas kimia
500 mL
1
5
Gelas ukur
10 mL
4
6
Gelas ukur
25 mL
2
7
Lap Kasar
-
1
8
Lap halus
-
1
9
Oven
-
1
10
Piknometer
10 mL
4
11
Piknometer
25 mL
2
12
Pipet tetes
-
1
13
Timbangan analitik
-
1
14
Termometer
-
1







B.   Bahan yang digunakan :
NO
Nama Bahan

(Ukuran/Berat/Volume)
(ml/mg/g/ml/N/%)
Jumlah
1
Alkohol 96 %
25 mL
-
2
Aquadest
10 mL
-
3
Aseton
25 mL
-
4
Alluminium foil
-
1
5
Bensin
10 mL
-
6
Es batu
-
1
7
Minyak kelapa
10 mL
-
8
Pertamax
10 mL
-











III.2 Prosedur Kerja
1.    Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.    Dibersihkan piknometer hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest bilas dengan pelarut aseton atau alkohol pekat.
3.    Piknometer dimasukkan dalam oven pada suhu 1000 C selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam desikator sampai dingin (15 menit), ditimbang di dalam neraca analitik (berat piknometer kosong).
4.    Diisikan alkohol 96 % 25 mL, aquadest 10 mL, aseton 25 mL, bensin 10 mL, minyak kelapa 10 mL dan pertamax 10 mL ke dalam masing-masing piknometer sampai penuh.
5.    Didinginkan dalam es hingga suhu dalam piknometer mencapai 20 0C menggunakan termometer.
6.    Dikeluarkan piknometer setelah suhu mencapai tepat 20 0C segera ditutup dan dilap dengan tisu hingga kering ditimbang secara teliti  dengan menggunakan neraca analitik (bobot 1)
7.    Dibiarkan pada suhu 25 0C kemudian ditimbang lagi secara teliti menggunakan neraca analitik (bobot 2).
8.    Dihitung bobot jenis dan rapat jenis masing-masing sampel.




III.3 Perhitungan
III.3.1 Perhitungan Bobot Jenis dan Rapat Jenis pada Suhu ditentukan (200 C)
A. Bobot jenis
Bobot jenis =
dimana : b1  = berat piknometr berisi (g)
                    a   = berat piknometer kosong (g)
                    v   = volume (mL)
I.          Bobot jenis alkohol 96%        =
=
=
= 0,7925 g/mL
II.       Bobot jenis aquadest               =
=
=
= 0,9054 g/mL


III.     Bobot jenis aseton                   =
=  
=
= 0,7566 g/mL
IV.    Bobot jenis bensin                  =
=
=
= 0,6665 g/mL
V.       Bobot jenis minyak kelapa     =
=
=
= 0,9060 g/mL





VI.    Bobot jenis pertamax               =
=
=
= 0,6742 g/mL
B.  Rapat Jenis
Rapat jenis =
dimana : x = Bobot jenis zat (g/mL)
                         y = Bobot jenis air (g/mL)
I.          Rapat jenis alkohol 96%          = 
= 0,8753
II.       Rapat jenis aquadest                = 
= 1



III.    Rapat jenis aseton                    = 
= 0,8356
IV.    Rapat jenis bensin                    = 
= 0,7361
V.       Rapat jenis minyak kelapa       = 
= 0,9990
VI.    Rapat jenis pertamax               = 
= 0,7476





III.3.2 Perhitungan Bobot Jenis dan Rapat Jenis pada Suhu 250C
A.   Bobot jenis
Bobot jenis =
dimana : b1  = berat piknometr berisi (g)
                     a  = berat piknometer kosong (g)
                     v  = volume (mL)
I.          Bobot jenis alkohol 96%        =
=
=
= 0,7683 g/mL
II.      Bobot jenis aquadest               =
=
=
= 0,9050 g/mL



III.   Bobot jenis aseton                   =
=
=
= 0,756 g/mL
IV.    Bobot jenis bensin                   =
=
=
= 0,6645 g/mL
V.       Bobot jenis minyak kelapa      =
=
=
= 0,9060g/mL





VI.    Bobot jenis pertamax               =
=
=
= 0,6742 g/mL
B.  Rapat Jenis
         Rapat jenis =
       dimana : x = Bobot jenis zat (g/mL)
                         y = Bobot jenis air (g/mL)
I.          Rapat jenis alkohol 96%          = 
= 0,8485
II.      Rapat jenis aquadest                = 
= 0,9995



III.    Rapat jenis aseton                   = 
= 0,8249
IV.    Rapat jenis bensin                   = 
= 0,7339
V.       Rapat jenis minyak kelapa      = 
= 1,0006
VI.    Rapat jenis pertamax               = 
= 0,7446




BAB IV
HASIL PERCOBAAN
IV.1 Tabel Pengamatan pada Suhu Ditentukan (200C)
No
Zat uji
Bobot Piknometer
Berat Jenis
(g/mL)
Rapat Jenis
Volume (mL)
Kosong
(g)
Berisi
(g)
1
Alkohol 96%
15,8284
35,6428
0,7925
0,8753
25
2
Aquadest
15,4924
24,5464
0,9054
1
10
3
Aseton
15,4730
34,3891
0,7566
0,8356
25
4
Bensin
14,9813
21,6466
0,6665
0,9990
10
5
Minyak kelapa
15,2947
24,3403
0,9045
0,7361
10
6
Pertamax
15,0189
21,7885
0,6769
0,7476
10

IV.2 Tabel Pengamatan pada Suhu 250C
No
Zat uji
Bobot Piknometer
Berat Jenis
(g/mL)
Rapat Jenis
Volume (mL)
Kosong
(g)
Berisi
(g)
1
Alkohol 96%
15,8284
35,0369
0,7683
0,8485
25
2
Aquadest
15,4924
24,5429
0,9050
0,8349
10
3
Aseton
15,4730
34,3730
0,756
0,9995
25
4
Bensin
14,9813
21,6270
0,6445
0,7339
10
5
Minyak kelapa
15,2947
24,3552
0,9060
1,0006
10
6
Pertamax
15,0189
21,7618
0,6742
0,7446
10



BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yaitu penetapan bobot jenis dan rapat jenis zat cair dengan menggunakan metode piknometer. Adapun zat cair yang ditetapkan bobot jenis dan rapat jenisnya yaitu alkohol 96 % , aquadest, aseton, bensin, minyak kelapa  dan pertamax. Pada pengukuran bobot jenis ini, pertama-tama dibersihkan piknometer kosong hingga tidak meninggalkan bekas tetesan air dengan cara setelah dibersihkan dengan aquadest dibilas dengan alkohol 96 %. Hal ini dikarenakan alkohol mudah menguap dan bersifat antiseptik. Setelah itu, piknometer dipanaskan dalam oven pada suhu 100o C selama satu jam. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan bobot jenis piknometer sesungguhnya dimana pada saat botol piknometer dibilas masih tersisa tetesan zat cair tersebut dapat mempengaruhi bobot jenis zat pada saat penimbangan. Setelah satu jam dalam oven, piknometer dikeluarkan dan dimasukkan pada desikator hingga dingin (± 15 menit). Setelah dingin, piknometer ditimbang di dalam neraca analitik untuk mendapatkan bobot piknometer kosong.
Pada sampel I yaitu alkohol 96 %.  Piknometer kosong yang telah ditimbang, diisikan alkohol 96 % sampai penuh. Selanjutnya piknometer dengan isinya didinginkan dalam es hingga suhu dalam piknometer mencapai 200 C  menggunakan termometer. Setelah suhu mencapai tepat 200 C, piknometer segera ditutup dan dilap dengan tisu hingga kering kemudian ditimbang dalam neraca analitik. Piknometer ditimbang tepat pada suhu 200 C karena piknometer yang digunakan bersuhu 200 C. Hasil yang didapatkan dari penimbangan ini merupakan berat piknometer berisi dengan berat yaitu 35,6428 gram. Setelah didapatkan bobot piknometer berisi maka dilakukan perhitungan berat jenis dan rapat jenis alkohol 96 %. Adapun berat jenisnya yaitu 0,7925 g / mL dan rapat jenisnya yaitu 0,8753.
Selain dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis pada suhu 200 C, juga dilakukan penentuan bobot jenis dan rapat jenis pada suhu 250 C dengan prosedur: Piknometer berisi suhu 200 C yang telah ditimbang dibiarkan hingga mencapai suhu 250 C. Setelah mencapai suhu 250 C, piknometer ditimbang kembali menggunakan neraca analitik sehingga diperoleh hasil penimbangan 35,0369 gram. Setelah didapatkan bobot piknometer berisi maka dilakukan perhitungan berat jenis dan rapat jenis alkohol 96 %. Adapun berat jenisnya yaitu 0,7683 g / mL dan rapat jenisnya yaitu 0,8485.  Bobot jenis alkohol 96 % yang didapat baik pada suhu 200 C maupun 250 C tidak sesuai dengan farmakope yang menjelaskan bobot jenis alkohol 96 % adalah 0,8119 sampai 0,8139.
Pada sampel II yaitu aquadest dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang sama dengan  prosedur kerja alkohol 96 %. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aquadest pada suhu 200 C yaitu 0,9054 g / mL dan 1. Sedangkan pada suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aquadest yaitu 0,9050 g / mL dan 0,8349. Dan untuk bobot jenis yang disebutkan dalam farmakope adalah 1 g / mL.
Pada sampel III yaitu aseton dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang juga sama dengan  prosedur kerja alkohol 96 % dan aquadest. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton pada suhu 200 C yaitu 0,7566 g / mL dan 0,8356. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton yaitu 0,756 g / mL dan 0,9995. Sedangkan di dalam farmakope menyebutan bobot jenis aseton adalah 0,79 g / mL.
Pada sampel IV yaitu bensin dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja sama dengan prosedur kerja alkohol 96 %, aquadest dan aseton. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis bensin pada suhu 200 C yaitu 0,6665 g / mL dan 0,9990. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton yaitu 0,6445 g / mL dan 0,7339. Sedangkan dalam farmakope menyebutan bobot jenis bensin adalah 0,876 sampai 0,881 g / mL.
Pada sampel V yaitu minyak kelapa dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang masih sama dengan  prosedur kerja alkohol 96 %, aquadest, aseton dan bensin. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis minyak kelapa pada suhu 200 C yaitu 0,9045 g / mL dan 0,7361. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis aseton yaitu 0,9060 g / mL dan 1,0006. Sedangkan dalam farmakope menyebutan bobot jenis minyak kelapa adalah 0,940 sampai 0,950 g / mL.
Pada sampel VI yaitu pertamax dilakukan penetapan bobot jenis dan rapat jenis dengan prosedur kerja yang sama dengan prosedur kerja sampel sebelumnya. Adapun hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis minyak tanah pada suhu 200 C yaitu 0,6769 g / mL dan 0,7476. Untuk suhu 250 C didapatkan hasil pehitungan bobot jenis dan rapat jenis minyak tanah yaitu 0,6742 g / mL dan 0,7446. Sedangkan dalam farmakope menyebutan bobot jenis bensin adalah 0,845 sampai 0,905 g / mL.
Dari hasil penimbangan bobot jenis, diperoleh hasil yang sudah sesuai dengan literatur tetapi ada pula yang tidak sesuai dengan literatur. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1.        Kurangnya ketelitian dalam praktikum
2.        Prosedur kerja yang dilakukan kurang tepat
3.        Ketidakmurnian sampel yang diuji

















BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
            Dari praktikum berat jenis dan rapat jenis yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.         Bobot jenis merupakan perbandingan antara bobot zat yang dibandingkan dengan volume zat pada suhu tertentu sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan air pada suhu tertentu.
2.         Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara tetapan bobot jenis yang tertera pada FI Edisi III dan IV dengan hasil praktikum.
3.        Bobot jenis yang didapatkan pada suhu 200 C yaitu : 0,7683 g / mL untuk Alkohol 96 %, 0,9054 g / mL  untuk aquadest, 0,7566 g / mL untuk aseton, 0,6665 g / mL untuk bensin, 0,9045 g / mL untuk minyak kelapa dan 0,6769 g / mL untuk pertamax. Sedangkan rapat jenisnya yaitu: 0,8753 untuk Alkohol 96 %, 1 untuk aquadest, 0,8356 untuk aseton, 0,9990 untuk bensin, 0,7361 untuk minyak kelapa dan  0,7476 untuk pertamax.
4.        Bobot jenis yang didapatkan pada suhu 250 C yaitu : 0,7683 g / mL untuk Alkohol 96 %, 0,9050 g / mL  untuk aquadest, 0,756 g / mL untuk aseton, 0,6445 g / mL untuk bensin, 0,9060 g / mL untuk minyak kelapa dan 0,6742 g / mL untuk pertamax. Sedangkan rapat jenisnya yaitu: 0,8485 untuk Alkohol 96 %, 0,8349 untuk aquadest, 0,9995 untuk aseton, 0,7339 untuk bensin, 1,0006 untuk minyak kelapa dan  0,7446 untuk pertamax.

VI.2 Saran
    Diharapkan kepada praktikan, sebelum melaksanakan praktikum agar menguasai prosedur praktikum. Selain itu, praktikan harus cermat, teliti dan hati-hati dalam pelaksanaan praktikum agar hasil yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.


















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta : Depkes RI
Anonim. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta : Depkes RI. 1031
Anonim. 2012. PENUNTUN PARKTIKUM FISIKA FARMASI. Kendari : Akademi Farmasi Bina Husada. 5
Ansel H.C. 1989. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI. Terjemahan Faridah Ibrahim. Jakarta : UI Press. 625-626
Lachman, L., dkk. 1994. TEORI DAN PRAKTEK FARMASI INDUSTRI II EDISI III. Diterjemahkan oleh Situ Suyatmi. Jakarta : UI Press. 78
Martin, Alfred. 1990. FISIKA FARMASI EDISI II JILID I. Jakarta UI Press













Tidak ada komentar: